Monday, July 25, 2011

Dari Logika-Untuk Hati, dengan ucapan: "Kapan Kamu Membiarkan Saya Menang?" @radityadika



Yup, sepertinya tingkat kegalauan saya udah nyampe pada titik dimana saya mesti menumpahkannya dalam bentuk tulisan. Sebenarnya saya ga suka semua blog saya berisi keluhan, tapi apa mau dikata, saya belum bisa mencurahkan tulisan jika suasana hati saya sedang baik.. heueheu..

Okay first, adalah (masih) masalah kerjaan. Udah berapa bulan di keuangan, dan tetep, saya belon bisa sepenuhnya enjoy. Dear God..kenapa ikhlas itu suliiiit sekali. Saya selalu benci perasaan deg-degan setiap kali menghitung uang dalam jumlah puluhan juta dan mengalokasikannya buat kegiatan kantor atau membagikannya dalam bentuk honor pegawai. Sumpah saya ga sukaaaaa..bikin sesek napas. Apalagi kalo ketemu selisih, ato jumlahnya beda, ato pajak nya salah..ARGH!

Dan sekarang, saya kehilangan penyemangat saya. Di posting sebelumnya, saya pernah cerita kalo saya ga fully matching sama temen deket yang juga temen kantor saya. Ya, saya akui saya childish..tapi jujur saja, setiap hari bersama mereka dan mendengarkan mereka membicarakan masalah pekerjaan di bagian yang dulu saya juga disana, adalah hal yang tidak menyenangkan. “Hari ini aku mau ngerjain ini, ini, ini, dan ini” atau “aduuh, cape ya banyak kerjaan dari daerah ini,” atau “seharian tadi ngerjain ini, besok mau berangkat pagi, mau ngerjain ini”. For the sake of God, I’m so fed up with that! Bisakah untuk tidak bersikap seolah-olah hanya mereka saja yang punya kerjaan? Semua orang punya peran masing-masing teman..

Dulu, beberapa bulan yang lalu, saya bisa tidak peduli dengan semua pembicaraan mereka. Kenapa? Karena saya punya penyemangat pribadi. Masi temen kantor tapi beda satker. Kita selalu bagi info soal kerjaan. Dia cerita kerjaan dan suasana di kantor nya seperti apa, dan saya cerita dikantor saya. Kita saling dukung, menulis bareng, atau sekedar berbagi ilmu, sampai mengikuti kegiatan bersama. Sehabis itulah, dia seperti menjaga jarak dari saya. Saya tau pasti dia sibuk setengah mati. Di unitnya, bisa dibilang dia lah andalannya. Awalnya saya berpikir positif, kita jarang komunikasi karena kesibukan dia. Tapi lama-lama, saya jadi berpikir lain. Ada yang salahkah dengan saya? Ada apa? Dia tetap punya waktu untuk maen sama anak-anak which is temen-temen saya juga yang satu satker sama dia, tapi tak punya waktu sama sekali untuk menyapa saya, bahkan di YM sekalipun. Tidak tahukah dia, kalau dia mempengaruhi semangat saya?

Huft..dari dulu, hal yang paling saya usahakan adalah menjadi independent girl. Yang berdiri di kaki saya sendiri, yang tidak akan terpengaruh dengan perlakuan orang lain. Tapi saya akui, semua itu tidak semudah mengucapkannya. Saya tidak suka dengan ketergantungan saya terhadap orang lain. Saya membenci perasaan sendirian dan kesepian karena kehilangan.

Kalau ada yang menyangka bahwa saya sedih karena punya perasaan khusus terhadap teman saya itu, adalah SANGAT SALAH. Demi Tuhan, saya tidak punya perasaan apapun, saya hanya butuh semangat, butuh partner yang tidak saya temukan disini.
Seperti Mario Teguh selalu bilang, obatnya patah hati adalah jatuh hati lagi. Methapor ke masalah saya, saya memutuskan untuk bertanya langsung kepada teman saya –yang saya lakukan bersamaan dengan menulis postingan ini-, dan kalau saya mendapatkan jawaban yang jelas yang mengharuskan saya untuk move on, saya akan move on..dan mencari penggantinya. Tapi kalau jawabannya menyenangkan, i’m gonna get him back! SEMANGAT!! :D

Itu pembicaraan pertama. Pembicaraan kedua adalah pertanyaan saya. Mengapa kita tidak bisa mengatur kepada siapa kita jatuh cinta? Ada seseorang, yang ‘mengaku’ sayang kepada saya, tidak bisa melupakan saya. Seseorang yang mengatakan bahwa kebahagiaan dia adalah dengan mengetahui kabar bahwa saya sehat, bahagia, dan baik-baik saja. Seseorang yang bilang, akan menunggu saya menikah baru memutuskan bagaimana hatinya nanti. Saya mungkin sok tau, tapi saya rasa saya tau *bingung* kalau dia tidak sedang menggombal atau bohong. Dia bukan tipe seperti itu. Dia baik, agamanya bagus, dia pintar, dia udah kerja, dan dia setengah mati mencintai saya. Pertanyaannya, kenapa saya tidak bisa memiliki rasa yang sama?? Bukankah hidup akan lebih mudah jika saya merasakan hal yang sama, kami menjalin hubungan, dan berpikir untuk menikah??

Tapi hidup memang tak pernah sesimple itu. Saya sedikit pun tidak menyimpan rasa padanya, saya mengagumi dia sebagai seorang yang pintar dan berwawasan, saya menyukai dia sebagai orang yang baik dan beragama bagus, tapi saya tidak cinta. Sepertinya saya harus mengalami berbagai hal dulu untuk memutuskan menikah dengan seseorang yang saya mau dan juga menginginkan saya. Saya jadi ingat pertanyaan ibu saya, menanyakan kesiapan saya untuk menikah tahun depan. Oh mom, apa saya memang sudah saatnya menikah? Saya mau menikah, saya kadang merasa lelah untuk bertahan sendirian, saya butuh sandaran, tapi untuk menikah? Hohoho..

Seringkali orang-orang menjodohkan atau sekedar ngeceng2in saya di kantor. Yang menjadi korban untuk di ceng2in sama anak baru, itu saya. Yang menjadi korban untuk di ceng2in sama peserta advokasi, itu saya. Yang disodorin narasumber kegiatan kantor untuk kenalin, itu saya. Yang disodorin calon-calon sampai nomer hp mereka dari beberapa orang, masih saya. Apa saya se desperado itu? Hihi.. positifnya, ada banyak orang yang memperhatikan saya ternyata.. :D

Tenanglah sodara-sodara, I’m single but not available..#halaaaah. Pada waktunya nanti, saya akan langsung membagikan undangan saja. Datang ya.. #eh? Hihihi..

sumber gambar: http://www.google.co.id/imgres?q=logika+cinta

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2009 malamcintahujan. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase